Laman

Kamis, 01 September 2016

Masjid AR-Fachruddin


-Sejarah
Masjid AR-Fachruddin, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Masjid Kampus Terbesar di Asia Tenggara Bangunan Masjid ini memadukan tiga nafas kebudayaan sekaligus, yaitu Jawa, Arab dan modern. Masjid kampus tak lagi jadi fasilitas pelengkap semata, tapi justru sebagai bagian penting dan penegas identitas yang membanggakan. Dalam konteks ini, UMM merupakan contoh penting. Karena UMM memiliki Masjid AR-Fachruddin yang sangat megah, bahkan disebut-sebut sebagai masjid kampus terbesar di Asia Tenggara.
Masjid yang berlokasi di Jalan Raya Tlogomas ini pembangunanannya memakan waktu 23 bulan, terhitung sejak bulan November 1994 sampai dengan September 1996. Luas bangunan 14.834,70 meter persegi. Sedang luas lantai I: 2. 706,20 meter persegi, luas lantai II: 2.900 meter persegi, luas lantai III: 3.197 meter persegi, luas lantai IV: 1.642,75 meter persegi, dan luas lantai V: 2.746 meter persegi.
Ide bangunan masjid ini datang dari Malik Fadjar yang saat itu menjabat sebagai rektor UMM. Sebagai langkah awal dirumuskan misi, visi, fungsi arsitektur dan lokasi masjid di komplek kampus terpadu. Pembangunan masjid ini melibatkan tim perencanaan dan pembangunan masjid. Arsitek masjid ini dikerjakan oleh tim perencanaan UMM,” jelas Ir. Lukito Prasetyo, arsitek yang intens dalam perencanaan pembangunan masjid ini.
Arsitektur masjid memadukan berbagai unsur kebudayaan, diantaranya kebudayaan Jawa, Arab dan modern. Kebudayaan Jawa ditandai cungkup di ujung masing-masing kubah. Berbagai bentuk ornamen dan pilarnya dibuat dengan gaya modern yang menggambarkan semangat modernitas dalam menampilkan ajaran Islam. Pilar-pilar yang kokoh ke dalam dan menjulang tinggi mengambarkan bangunan tauhid yang menghunjam. Sementara kubah dan ornamen lainnya menggambarkan buah dan daunnya yakni amal shaleh.
Soal pembiayaan, Lukito menepis kabar jika pembangunan masjid ini dibantu oleh pemetintah Arab Saudi. “Semua murni dari UMM sendiri,” tegasnya. Pembangunan masjid ini, katanya, menghabiskan dana sekitar Rp 6 milyar. Dibangunnya masjid ini sekaligus membawa cita-cita untuk mewujudkan sarjana yang berkualitas pikir sekaligus berkualitas dzikir. Keberadaan masjid Ar-Fachruddin itu pun diharapkan dapat member kontribusi riil dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Misi masjid ini tercermin dalam penentuan lokasi dan arsitektur masjid. Lokasi masjid sengaja dipilih pada barisan terdepan dati seluruh bangunan kampus, dekat dengan jalan raya, sehingga terbuka bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan. Tempat di posisi paling depan juga mencerminkan simbol untuk mengedepankan semangat sujud atau tau hid pada awal dan akhir dari seluruh aktifitas akademik. Tempatnya yang di pinggir sungai mengingatkan agar setiap orang yang hadir ke masjid mengalirkan sifat jeleknya, yang sejalan dengan falsafah shalat sebagai pembersih dosa. Hubungan antara sungai atau kolam dengan masjid semacam, ini pemah memberi inspirasi Wali Songo dalam membangun masjid sebagai upaya mendakwahkan aja ran Islam pada masyarakat Jawa.
Diresmikan oleh Presiden Habibie, masjid ini diharapkan menjadi masjid yang memancarkan sinar tauhid yang senantiasa melahirkan semangat keislaman, yakni semangat untuk hanya menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Tuhanan dan kemanusiaan yang terefleksikan dalam etos keilmuan dan etos sosial sebagai sikap dasar dalam membangun tamaddun Islam. Karena itu, masjid ini diharapkan berfungsi sebagai pusat spiritual, pelayanan sosial, keagamaan dan pusat pancaran iklim intelektual. Drs Faridi Msi, Mantan Ketua Badan Pemakmuran Masjid (BPM) menjelaskan, AR-Fachruddin bukan hanya masjid kampus terbesar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Pengakuan ini, tutur Faridi, sudah dibuktikan dari para turis yang telah berkunjung di masjid ini. Soal nama, awalnya bernama masjid Ad-Dakwah, kemudian berubah menjadi Ar-Fachruddin. “Ar-Fachruddin adalah nama tokoh Muhammadiyah yang kontribusinya sangat besar terhadap pencerahan,” kata Faridi yang sekarang menjabat PD II Fakultas Agama Islam.

Masjid Ar. Fahruddin sebagai Cermin Kampus Modern
Masjid ini teruji kekokohannya setelah mengalami beberapa kali guncangan gempa. Masjid itu berdiri megah di atas hulu Sungai Brantas.Gemericik aliran airnya ter dengar dari dalam masjid.Sebuah suasana yang digam barkan para pengurus masjid seperti digambarkan dalam Surah al-Hijr ayat 45:Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).Seperti di dalam surga.
Sungai Brantas berada di belakang Masjid AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur, sedangkan di depannya Jalan Raya Tlogomas Malang, Jawa Timur. Posisi yang berdekatan dengan jalan raya ini membuat masjid ini mudah disinggahi.
Bangunan masjid yang menempati tanah seluas 6.000 meter persegi ini terdiri dari lima lantai. Tempat ibadahnya menempati lantai tiga dan empat. Sementara itu, lantai satu, dua, dan lima digunakan untuk berbagai kegiatan.
Menurut H Syamsurizal Yazid, kepala Badan Pemakmuran Masjid (BPM) UMM yang didampingi sekretarisnya, Choirul Amin Setiadi, meskipun Masjid AR Fachruddin menempati lantai tiga dan empat, ketika berada di dalam cukup lapang. Sebab, lantai tiga, empat, dan lima tidak ditutup dengan lantai, tetapi bebas bangunan hingga kubah masjid.
Bangunan masjid kampus terbesar di Asia Tenggara ini ditopang dengan 81 tiang sehingga terlihat kokoh. Bahkan, bangunan ini dinyatakan sudah teruji kekokohannya dengan beberapa kali diguncang gempa. Di dalam masjid terhampar karpet merah yang berasal dari Arab Saudi. “Warna dan jenis karpet ini sama dengan yang ada di Masjid Madinah,” kata Syamsurizal kepada Republika di Kampus UMM Malang, Sabtu (19/7).
Semangat modernitas Kebudayaan Jawa, Arab, dan modern menyumbang pada penampilan arsitektur masjid UMM ini. Kehadiran cungku pada ujung setiap kubah adalah sumbangan dari kebudayaan Jawa. Ornamen dan pilar hadir dalam gaya modern.
Disebutkan, penampilan modern ini untuk menggambarkan semangat modernitas dalam ajaran Islam. Kehadiran pilar yang gagah perkasa itu enggambarkan bangunan tauhid. Kubah berikut ornamen buah dan daun melambangkan amal saleh.
Sementara itu, bagian pengimanan dihiasi dengan dan mimbar jati berukir dari Jepara Jawa Tengah dan arc atau semacam gapura melengkung. Arc merupakan pertanda keme nanga n atau tanda penaklukan atau lambang kejayaan.
Pada lengkung gapura tertulis ayat al-Mujaadillah ayat 11: yarfa’i allaahu alladziina aamanuu minkum waalladziina uutuu al’ilma darajaatin waallaahu bimaa ta’maluuna khabiirun. Artinya, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Filosofi dari kutipan ayat ini dimaksudkan agar keberadaan masjid di lingkungan akademik dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Masjid yang diresmikan BJ Habibie ini digunakan sebagai tempat menggali ilmu pengetahuan dan melestarikannya.
Sedangkan di dinding belakang gapura ditulis Surah at-Taubah ayat 18: innamaa ya’muru masaajida allaahi man aamana biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa-aqaama alshshalaata waaataa alzzakaata walam yakhsya illaa allaaha fa’asaa ulaa-ika an yakuunuu mina almuhtadiina.
Artinya, hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang- orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Jendela kecil Agar cahaya di dalam masjid mencukupi, dinding bagian atas di sebelah barat dipasang kaca berlukiskan lambang Muhammadiyah.
Sedangkan di bawah kubah yang berdiameter kurang lebih 25 meter juga ada banyak jendela kecil-kecil yang melingkari kubah. Dengan begitu, sirkulasi udara dan sinar ke dalam masjid cukup bagus.
Untuk menghubungkan satu lantai ke lantai yang lain, ada tangga yang cukup lebar. Tempat wudhu berada di lantai dua yang dilengkapi dengan 18 kamar mandi (10 kamar madi pria dan delapan kamar mandi wanita), dan keran wudhu 22 untuk pria dan 14 keran wanita.
Masjid yang bisa menampung kurang lebih 5.500 jamaah ini juga dilengkapi dengan menara setinggi 750 meter yang terletak di samping bangunan masjid. Menara ini berfungsi sebagai tempat pengeras suara dan antena Radio UMM FM.
Lantai lima, kata Syamsurizal, digunakan untuk pendidikan bahasa Arab dan Pondok Pe santren Abdul Rahman bin Auf. “Kita memi liki sekitar 400-500 santri yang berasal dari mahasiswa dan masyarakat sekitar,” katanya.
Lantai dua digunakan untuk pendidikan dan laboratorium bahasa Arab. Selain itu, juga digunakan untuk pelatihan Al Islam Ke mu hammadiyahan (AIK) bagi mahasiswa Uni versitas Muhammadiyah Malang. Semen tara, lantai satu digunakan untuk perkantoran perbankan, perpustakaan, poliklinik, lembaga bantuan hukum, markas dakwah, laboratorium kesejahteraan sosial, laboratorium hubungan in ternasional, dan Radio UMM FM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar