Laman

Minggu, 04 Juni 2017

UAS

Inter-Relasi
A: Toleransi
B: Agama
C: Islam
D: Surat Al-Kafirun

Pokok Pikiran Paragraf
1. Penjelasan tentang toleransi
2. Contoh sikap toleransi
3. Pentingnya sikap toleransi
4. Upaya yang dilakukan untuk selalu bersikap toleran
5. Toleransi dalam UUD 1945
6. Toleransi dalam pandangan islam
7. Sikap toleransi menurut surat al kafirun

Toleransi dalam QS. Al-Kafirun

    Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antar kelompok atau antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi menghindarkan terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah agama. Toleransi Beragama merupakan sikap saling menghormati dan menghargai penganut agama lain. Diantaranya adalah: 
a. Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita.
b. Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun.
c. Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai agama/kepercayaannya. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Toleransi)
    Contoh sikap toleransi adalah saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Jika ada sesorang yang butuh bantuan kita harus membantunya tanpa melihat fisik nya, tanpa melihat kaya atau miskin, tanpa melihat agama seseorang itu. Karena sejatinya manusia sama di mata Tuhan. Jadi berbuat baik kepada sesama makhluk hidup. Karena makhluk hidup, hidup saling membutuhkan satu sama lain. Namun, ada juga sikap toleransi yang tidak di perbolehkan, tidak patut di tiru dan di contoh yaitu sikap toleeansi yang negatif. Seperti bekerja sama untuk saling mencontek, bekerja sama untuk mencuri. 
    Sikap toleransi sangat penting bagi kita. Karena dengan toleransi, kita bisa saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Dengan toleransi, manusia bisa hidup dengan damai antara umat beragama, keberagaman suku dan budaya. Jadi kita harus bersikap toleran kepada siapapun. 
    Selalu bersikap baik kepada sesama umat manusia. Tanpa harus bilang "Dia kan agamanya tidak sama dengan saya", "Dia kan jahat dengan saya". Kita harus profesional. Bersikap toleran tanpa mencampur tangan kan urusan pribadi.
    Seperti pada Pasal 29 Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” (https://www.google.co.id/amp/m.republika.co.id/amp_version/ol9ec0408) Dari UUD tersebut di jelaskan bahwasannya sikap toleransi itu sangat penting. Dengan tidak memaksakan agama lain untuk mengikuti agama kita. Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama islam. Dengan itu kita tidak boleh mengatakan "Indonesia kan mayoritas muslim. Jadi muslim lebih berkuasa di Indonesia." Karena itu akan membuat agama lain tersinggung dan memandang orang muslim dengan sebelah mata.
    Di al-qur'an dan hadist banyak sekali menyebutkan bahwa agama islam adalah agama yang peduli terhadap sikap toleransi. Seperti pada QS. Al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."(https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-256)
    Allah SWT berfirman, "Katakanlah: 'Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku" (QS Al-Kafirun). Dalam surat al-kafirun juga di jelaskan tentang penting nya toleransi. Lebih tepatnya pada ayat terakhir surat al-kafirun. Di ayat terakhir surat al-kafirun di jelaskan "untukmu agamamu dan untukku agamaku" dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa toleransi sangat penting. Tidak ada paksaan bagi umat manusia dalam memilih suatu agama. Mereka mempunyai hak untuk memilih agama uang terbaik menurut mereka. 

Rabu, 24 Mei 2017

Masayarakat dan Sosial Media

         Pada saat ini mayoritas masyarakat menggunakan sosial media di kehidupan sehari-hari nya. Mulai dari anak sekolah dasar hingga orang dewasa. Entah itu WhatsApp, Line, Instagram, Facebook, dan lain sebagainya. Ada masyarakat yang menggunakan sosial media dengan bijak. Namun ada pula masyarakat yang menggunakan sosial media untuk "Ajang Unjuk Diri". Di zaman yang serba teknologi seperti sekarang ini, kebanyakan masyarakat menggunakan sosial media karena ingin menjadi seorang yang tenar/terkenal. Seperti sekarang yang sedang booming yaitu "selebgram". Banyak masyarakat yang ingin menjadi selebgram, terutama para remaja. Bahkan anak sekolah dasar pun juga berlomba-lomba menjadi seorang selebgram. Menjadi selebgram tentunya harus memperhatikan penampilan. Hal itu dapat mempengaruhi masyarakat sehingga banyak masyarakat yang meniru gaya hidup seorang selebgram.
         Banyak sekali manfaat sosial media yaitu menjalin hubungan dengan keluarga ataupun kerabat yang berada di luar kota, luar pulau atau bahkan sampai luar negri. Selain itu sosial media juga bermanfaat untuk menambah wawasan, memybantu menemukan sebuah pengetahuan baru. Namun, tidak sedikit masyarakat menggunakan sosial media untuk hal-hal yang negatif seperti tindakan kekerasan, kriminal, asusila, dan lain-lain.
          Dengan sosial media masyarakat menjadi mudah membeli kebutuhan sandang, pangan maupun papan. Sekarang banyak sekali aplikasi-aplikasi yang menjual kebutuhan-kebutuhan. Dengan itu masyarakat menjadi mudah untuk memenuhi kebutuhannya. Hal itu sangat memicu masyarakat menjadi seseorang yang konsumerisme/hedonisme yang berlomba-lomba untuk menjadi seorang yang 'paling oke'.
          Sebagai masyarakat bijak sebaiknya kita dapat memilah dan memilih mana yang benar, mana yang salah, mana yang yang di butuhkan dan mana yang keinginan. Jangan terpengaruh hal-hal yang negatif yang tanpa kita sadari dapat merugikan kita sendiri. Ambil pengaruh-pengaruh yang negatif.

Selasa, 04 April 2017

UTS

Pandangan para remaja terhadap game


          Alasan para remaja dalam menggunakan game sangat bermacam-macam. Sesuai dengan pandangan masing-masing. Di zaman sekarang banyak sekali remaja yang menggunakan game, entah itu game online ataupun ofline. Game adalah salah satu media yang berkembang pesat pada dua dasawarsa saat ini, mengalahkan film keluaran Hollywood sekalipun. Game juga dijadikan sebagai alternatif yang di gunakan remaja untuk mengobati setres dan kepenatan. Selain itu, beberapa remaja menggunakan game untuk mengasah IQ mereka. Jika kita melihat di berbagai sudut jalan, mall dan game center, kita akan mengakui fenomena game atau permainan video elektronik ( video games ). Puluhan remaja bermain dengan seriusnya di depan monitor. 

          Setelah saya memperhatikan penggunaan game pada remaja, dengan cara meminjam telepon genggam mereka, ternyata memang benar. Kebanyakan dari mereka menggunakan game. Bahkan beberapa remaja memiliki lebih dari tiga aplikasi game. Game di satu sisi adalah gempuran teknologi, Dari sisi komersial game dapat menjadi ujung tombak penetrasi sebuah kebudayaan, sebuah pemikiran dan sebagai bentuk "way of life".
          
          Hasil wawancara saya kepada beberapa remaja tepat nya seorang mahasiswa dari salah satu universitas swasta ternama di Malang. Ia berpendapat bahwa menggunakan game adalah suatu hal yang sangat menyanangkan. Karena dengan menggunakan game dapat menyegarkan otak dan sangat berguna untuk menghilangkan setres maupun kepenatan. Namun ada beberepa juga dari remaja yang tingak suka menggunakan karena game hanya membuang-buang waktu mereka dan bisa melalaikan kewajiban.

          Kesimpulan yang saya ambil dari pengamatan tentang pandangan para remaja terhadap game adalah tidak semua remaja menganggap game sangat menyenangkan. Tidak sedikit juga yang menganggap game adalah sebuah hal yang sia-sia. Dampak negatif menggunakan game adalah susah berkonsentrasi, kurangnya bersosialisasi, sulit berekspresi dan berinteraksi. Adapun dampak positif menggunakan game adalah berkembangnya kemampuan, mengalihkan perhatian, dan lebih berkonsentrasi [https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5088672919890896080#editor/target=post;postID=6691883257020735413]. Kita harus bisa memilah dan memilih, mana yang benar dan mana yang salah. Selama semua itu tidak melalaikan kewajiban dan tidak lupa waktu maka baik saja dilakukan. Namun apabila sebaliknya, lebih baik di tinggalkan. Kaerena masih banyak pekerjaan bermanfaat yang masih harus dikerjakan.

Sumber : https://books.google.co.id/books?id=LruPW7G0BzUC&pg=PA4&dq=dampak+game+online&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=dampak%20game%20online&f=false

MEMBUAT KALIMAT MAJEMUK

MEMBUAT KALIMAT MAJEMUK

"Game"

Kalimat Majemuk Setara

1. Penggabungan : Game dapat mengasah IQ serta dapat menghilangkan setres seseorang.
2. Pertentangan    : Namun tidak semua orang menganggap game dapat memberikan hal positif kepada seseorang melainkan sebaliknya, game dapat memberikan hal negatif.
3. Pemilihan         : Game dimainkan ketika ada waktu senggang.
4. Penguatan         : Banyak para remaja yang ingin selalu bermain game bahkan mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit utuk sebuah game.

Kalimat Majemuk Bertingkat

1. Waktu            : Para remaja bermain game saat pulang sekolah, pulang les ataupun pulang kuliah.
2. Sebab             : Sebab game dapat menghilangkan setres.
3. Akibat            : Para remaja terlalu asik terhadap game sehingga tidak tau waktu.
4. Syarat            : Tidak masalah bermain game asalkan tidak lupa dengan kewajiban.
5. Perlawanan    : Walaupun game terdapat dampak negatif nya, tetapi remaja tetap menggunakan game untuk menghilangkan setres.
6. Perbandingan : Seandainya tidak ada game, para remaja melakukan hal lain untuk menghilangkan setres.
7. Pembatasan    : Para remaja menggunakan game untuk menghilangkan setres. Namun harus bisa membatasi diri.

 

Kamis, 02 Maret 2017

Pelajaran Mengarang

Pelajaran Mengarang

      
Pelajaran mengarang sudah dimulai.
Kalian punya waktu 60 menit”, ujar Ibu Guru Tati.
Anak-anak kelas V menulis dengan kepala hampir menyentuh meja. Ibu Guru Tati menawarkan tiga judul yang ditulisnya di papan putih. Judul pertama “Keluarga Kami yang Berbahagia”. Judul kedua “Liburan ke Rumah Nenek”. Judul ketiga “Ibu”.
Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pada pena kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati. Dari balik kaca-matanya yang tebal, Ibu Guru Tati memandang 40 anak yang manis, yang masa depannya masih panjang, yang belum tahu kelak akan mengalami nasib macam apa.
Sepuluh menit segera berlalu. Tapi Sandra, 10 Tahun, belum menulis sepatah kata pun di kertasnya. Ia memandang keluar jendela. Ada dahan bergetar ditiup angin kencang. Ingin rasanya ia lari keluar dari kelas, meninggalkan kenyataan yang sedang bermain di kepalanya. Kenyataan yang terpaksa diingatnya, karena Ibu Guru Tati menyuruhnya berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, “Liburan ke Rumah Nenek”, “Ibu”.  Sandra memandang Ibu Guru Tati dengan benci.
Setiap kali tiba saatnya pelajaran mengarang, Sandra selalu merasa mendapat kesulitan besar, karena ia harus betul-betul mengarang. Ia tidak bisa bercerita apa adanya seperti anak-anak yang lain. Untuk judul apapaun yang ditawarkan Ibu Guru Tati, anak-anak sekelasnya tinggal menuliskan kenyataan yang mereka alami. Tapi, Sandra tidak, Sandra harus mengarang. Dan kini Sandra mendapat pilihan yang semuanya tidak menyenangkan.
Ketika berpikir tentang “Keluarga Kami yang Berbahagia”, Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan. Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, di lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran diatas kasur yang spreinya terseret entah ke mana. Bantal-bantal tak bersarung. Pintu yang tak pernah tertutup dan sejumlah manusia yang terus menerus mendengkur, bahkan ketika Sandra pulang dari sekolah.
“Lewat belakang, anak jadah, jangan ganggu tamu Mama,” ujar sebuah suara  dalam ingatannya, yang ingin selalu dilupakannya.
***
    
Lima belas menit telah berlalu. Sandra tak mengerti apa yang harus dibayangkanya tentang sebuah keluarga yang berbahagia.
“Mama, apakah Sandra punya Papa?”
“Tentu saja punya, Anak Setan! Tapi, tidak jelas siapa! Dan kalau jelas siapa belum tentu ia mau jadi Papa kamu! Jelas? Belajarlah untuk hidup tanpa seorang Papa! Taik Kucing dengan Papa!”
Apakah Sandra harus berterus terang? Tidak, ia harus mengarang. Namun ia tak punya gambaran tentang sesuatu yang pantas ditulisnya.
Dua puluh menit berlalu. Ibu Guru Tati mondar-mandir di depan kelas. Sandra mencoba berpikir tentang sesuatu yang mirip dengan “Liburan ke Rumah Nenek” dan yang masuk kedalam benaknya adalah gambar seorang wanita yang sedang berdandan dimuka cermin. Seorang wanita dengan wajah penuh kerut yang merias dirinya dengan sapuan warna yang serba tebal. Merah itu sangat tebal pada pipinya. Hitam itu sangat tebal pada alisnya. Dan wangi itu sangat memabukkan Sandra.
“Jangan Rewel Anak Setan! Nanti kamu kuajak ke tempatku kerja, tapi awas, ya? Kamu tidak usah ceritakan apa yang kamu lihat pada siapa-siapa, ngerti? Awas!”
Wanita itu sudah tua dan menyebalkan. Sandra tak pernah tahu siapa dia. Ibunya memang memanggilnya Mami. Tapi semua orang didengarnya memanggil dia Mami juga. Apakah anaknya begitu banyak? Ibunya sering menitipkan Sandra pada Mami itu kalau keluar kota berhari-hari entah ke mana.
Di tempat kerja wanita itu, meskipun gelap, Sandra melihat banyak orang dewasa berpeluk-pelukan sampai lengket. Sandra juga mendengar musik yang keras, tapi Mami itu melarangnya nonton.
“Anak siapa itu?”
“Marti.”
“Bapaknya?”
“Mana aku tahu!”
Sampai sekarang Sandra tidak mengerti. Mengapa ada sejumlah wanita duduk diruangan kaca ditonton sejumlah lelaki yang menujuk-nunjuk mereka.
“Anak kecil kok dibawa kesini, sih?”
“Ini titipan si Marti. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian dirumah. Diperkosa orang malah repot nanti.”
Sandra masih memandang keluar jendela. Ada langit biru diluar sana. Seekor burung terbang dengan kepakan sayap yang anggun.
***
Tiga puluh menit lewat tanpa permisi. Sandra mencoba berpikir tentang “Ibu”. Apakah ia akan menulis tentang ibunya? Sandra melihat seorang wanita yang cantik. Seorang wanita yang selalu merokok, selalu bangun siang, yang kalau makan selalu pakai tangan dan kaki kanannya selalu naik keatas kursi.
Apakah wanita itu Ibuku? Ia pernah terbangun malam-malam dan melihat wanita itu menangis sendirian.
“Mama, mama, kenapa menangis, Mama?”
Wanita itu tidak menjawab, ia hanya menangis, sambil memeluk Sandra. Sampai sekarang Sandra masih mengingat kejadian itu, namun ia tak pernah bertanya-tanya lagi. Sandra tahu, setiap pertanyaan hanya akan dijawab dengan “Diam, Anak Setan!” atau “Bukan urusanmu, Anak Jadah” atau “Sudah untung kamu ku kasih makan dan ku sekolahkan baik-baik. Jangan cerewet kamu, Anak Sialan!”
Suatu malam wanita itu pulang merangkak-rangkak karena mabuk. Di ruang depan ia muntah-muntah dan tergelatak tidak bisa bangun lagi. Sandra mengepel muntahan-muntahan itu tanpa bertanya-tanya. Wanita yang dikenalnya sebagai ibunya itu sudah biasa pulang dalam keadaan mabuk.
“Mama kerja apa, sih?”
Sandra tak pernah lupa, betapa banyaknya kata-kata makian dalam sebuah bahasa yang bisa dilontarkan padanya karena pertanyaan seperti itu.
Tentu, tentu Sandra tahu wanita itu mencintainya. Setiap hari minggu wanita itu mengajaknya jalan-jalan ke plaza ini atau ke plaza itu. Di sana Sandra bisa mendapat boneka, baju, es krim, kentang goreng, dan ayam goreng. Dan setiap kali makan wanita itu selalu menatapnya dengan penuh cinta dan seprti tidak puas-puasnya. Wanita itu selalu melap mulut Sandra yang belepotan es krim sambil berbisik, “Sandra, Sandra …”
Kadang-kadang, sebelum tidur wanita itu membacakan sebuah cerita dari sebuah buku berbahasa inggris dengan gambar-gambar berwarna. Selesai membacakan cerita wanita itu akan mencium Sandra dan selalu memintanya berjanji menjadi anak baik-baik.
“Berjanjilah pada Mama, kamu akan jadi wanita baik-baik, Sandra.”
“Seperti Mama?”
“Bukan, bukan seperti Mama. Jangan seperti Mama.”
Sandra selalu belajar untuk menepati janjinya dan ia memang menjadi anak yang patuh. Namun wanita itu tak selalu berperilaku manis begitu. Sandra lebih sering melihatnya dalam tingkah laku yang lain. Maka, berkelebatan di benak Sandra bibir merah yang terus menerus mengeluaran asap, mulut yang selalu berbau minuman keras, mata yang kuyu, wajah yang pucat, dan pager …
Tentu saja Sandra selalu ingat apa yang tertulis dalam pager ibunya. Setiap kali pager itu berbunyi, kalau sedang merias diri dimuka cermin, wanita itu selalu meminta Sandra memencet tombol dan membacakannya
Sandra tahu, setiap kali pager ini menyebut nama hotel, nomor kamar, dan sebuah jam pertemuan, ibunya akan pulang terlambat. Kadang-kadang malah tidak pulang sampai dua atau tiga hari. Kalau sudah begitu Sandra akan merasa sangat merindukan wanita itu. Tapi, begitulah , ia sudah belajar untuk tidak pernah mengungkapkanya.
***
Empat puluh menit lewat sudah.
“Yang sudah selesai boleh dikumpulkan,” kata Ibu guru Tati.
Belum ada secoret kata pun di kertas Sandra. Masih putih, bersih, tanpa setitik pun noda. Beberapa anak yang sampai hari itu belum mempunyai persoalan yang teralalu berarti dalam hidupnya menulis dengan lancar. Bebarapa diantaranya sudah selesai dan setelah menyerahkannya segera berlari keluar kelas.
Sandra belum tahu judul apa yang harus ditulisnya.
“Kertasmu masih kosong, Sandra?” Ibu Guru Tati tiba-tiba bertanya.
Sandra tidak menjawab. Ia mulai menulis judulnya: Ibu. Tapi, begitu Ibu Guru Tati pergi, ia melamun lagi. Mama, Mama, bisiknya dalam hati. Bahkan dalam hati pun Sandra telah terbiasa hanya berbisik.
Ia  juga hanya berbisik malam itu, ketika terbangun karena dipindahkan ke kolong ranjang. Wanita itu barangkali mengira ia masih tidur. Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara lenguhnya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika dikolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan “Mama, mama …” dan pipinya basah oleh air mata.
“Waktu habis, kumpulkan semua ke depan,” ujar Ibu Guru Tati.
Semua anak berdiri dan menumpuk karanganya di meja guru. Sandra menyelipkan kertas di tengah.
Di rumahnya, sambil nonton RCTI, Ibu Guru Tati yang belum berkeluarga memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Setelah membaca separo dari tumpukan karangan itu, Ibu guru Tati berkesimpulan, murid-muridnya mengalami masa kanak-kanak yang indah.
Ia memang belum sampai pada karangan Sandra, yang hanya berisi kalimat sepotong:
Ibuku seorang pelacur

Pendapat saya mengenai cerpen karya Seno Gumira Ajidarma.
Pendidikan karakter bagi seorang anak itu sangat penting. Karena pendidikan yang ia terima akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tingkah laku seorang anak.
kasih seorang ibu sangat penting untuk anaknya. Seyogyanya seorang guru itu dapat mengetahui latar belakang muridnya.  


Selasa, 21 Februari 2017

Perkenalan

Assalamualaikum wr.wb

       Nama saya Sirlly Imro'ati Hasanah. Saya berasal dari Pasuruan. Tetapi saya tinggal di kota Surabaya. Tepat nya di Jl. Gayungsari Timur IV MGG-7 Surabaya. Ketika saya kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang, saya tinggal di kota Malang yang ber alamat di Jl. L.A. Sucipto Perumahan Pondok Indah Estate Blok B-18 Malang. Saya lahir pada tanggal 15 Februari 1998. Saya kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Komunikasi. Awal saya memilih jurusan tersebut adalah menghindari pelajaran Matematika. Tapi nyatanya di jurusan ILmu Komunikasi tetap ada pelajaran Matematika. Lebihh tepatnya pelajaran Statiska Sosial. Dan disitulah saya merasa sedih.
      Saya memiliki hobi bermain piano, berenang dan masih banyak lagi. Cita-cita tebesar saya adalah masuk surga hehehe. Saya anak petama dari 3 bersaudara. Menjadi anak pertama itu ada suka dan duka nya. Tapi lebih banyak duka nya sih. Karena saya harus menjadi contoh yang baik bagi adik-adik. Harus lebih baik daripada adik-adik. Harus lebik sukses daripada adik-adik.Sangat berat menurut saya. Saya mempunyai sahabat yang bernama Zaimah Zul Rahmah dan Aprilia Ningrum Dwi Lestari. Mereka satu fakultas, satu jurusan bahkan satu kelas dengan saya.
Sekian perkenalan dari saya..

Wassalamualaikum wr.wb
                  
Sirlly Imro'ati Hasanah 201610040311141

Kamis, 01 September 2016

Kemajuan Teknologi

Ibarat mata uang, pengaruh kemajuan teknologi bagi kehidupan memiliki 2 sisi yang saling bertolak belakang tapi tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi, kemajuan teknologi memberi dampak positif bagi keluarga, mempermudah kehidupan manusia. Dahulu, untuk berkomunikasi jarak jauh, kita harus menggunakan surat menyurat melalui pos. Atau kalau mau sedikit lebih cepat, memakai telegram. Tetapi tetap saja membutuhkan waktu beberapa hari untuk sampai kepada penerima berita. Sekarang, surat menyurat hanya membutuhkan beberapa menit pengiriman melalui email. Lihatlah juga bagaimana penemuan mesin cuci mempermudah para ibu rumah tangga dalam mencuci serta menghemat waktu mereka. Melalui kemajuan teknologi juga, berita yang terjadi di belahan dunia lain dari tempat kita berada bisa kita nikmati melalui saluran televisi.
Namun di satu sisi, kemajuan teknologi, jika kita tidak bijaksana dan berhati-hati dalam menyikapi, juga membawa ancaman terutama bagi kehidupan keluarga kita. Di jaman seperti sekarang dimana gadget canggih menjadi kebutuhan sehari-hari, peran tenaga kerja manusia diminimalisir sebisa mungkin. Akibatnya interaksi antar manusia semakin berkurang. Orang sekarang lebih banyak berinteraksi dengan perangkat mesin yang semakin canggih. Sebagai contoh, bersosialisasi dengan tetangga menjelma menjadi saling berkirim pesan singkat atau BBM an. Bahkan acara belanja yang merupakan kesempatan untuk bertemu banyak orang sekarang sudah berubah menjadi belanja online yang sama sekali tidak membutuhkan bercakap-cakap atau tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Oleh karena itu, untuk mengimbangi kemajuan teknologi, mari kita perkuat keluarga kita, agar terhindar dari pengaruh negatifnya. Hal pertama yang harus dibiasakan dalam keluarga adalah membangun komunikasi. Lebih mudah jika anak-anak masih kecil untuk berkumpul bersama , tetapi ketika mereka sudah beranjak remaja, atau bahkan dewasa, akan jauh kebih susah untuk memiliki waktu yang berkualitas bersama mereka. Bagaimanapun usahakan untuk meluangkan waktu, entah itu di pagi hari sebelum semua anggota keluarga memulai aktivitas, atau di malam hari ketika semua anggota keluarga sudah berada di rumah. Salah satu saat yang paling pas untuk mengumpulkan dan berbicara dalam keluarga adalah saat di berkumpul di meja makan saat makan bersama. Entah itu sarapan bersama, bagi mereka yang sempat berkumpul di pagi hari, atau makan malam bersama jika mustahil untuk menyamakan waktu di pagi hari. Saat bersama menikmati makanan, adalah saat yang paling pas untuk bertanya atau sekedar bercerita tentang apa yang terjadi hari itu. Itu bisa menjadi momen penyatu antara seluruh anggota keluarga yang mungkin sudah sibuk sendiri-sendiri selama seharian. Membiasakan untuk makan bersama akan mengembangkan ikatan yang lebih kuat dalam keluarga. Ini juga bisa menjadi saat bagi orang tua untuk mendengarkan pemikiran-pemikiran anak dan memberi nasehat bagi mereka. Apalagi jika kemudian setelah selesai makan,anggota keluarga secara bergantian saling membantu mencuci piring. Selain meringankan beban ibu, juga bisa mengajarkan anak tentang membantu melakukan pekerjaan rumah.
Hal yang lain yang perlu diperkuat adalah landasan kerohanian. Landasan rohani yang kuat, yang terbentuk dari kebiasaan di rumah, seperti beribadah, akan menjadi tameng terkuat bagi seorang anak, dalam menghadapi gempuran serangan kemajuan teknologi terutama teknologi internet, yang bisa menjadi sangat berbahaya. Tanamkan juga pada anak-anak melalui teladan, bahwa sebaik apapun yang ditawarkan pergaulan di luar rumah, jika itu bertentangan dengan norma agama dan norma keluarga, maka hal itu tidaklah baik.
Sebagai orang tua, adalah tanggung jawab kita untuk membangun rumah yang bisa menjadi perlindungan teraman bagi anak-anak kita dari segala pengaruh luar. Jangan biarkan pergaulan di luar rumah, menjadi pengganti yang dituju oleh anak-anak, dikarenakan mereka tidak mendapat apa yang mereka butuhkan di dalam rumah, entah itu berupa kasih sayang, perhatian, keamanan, perasaan dimiliki dan sebagainya. Biarlah rumah kita menjadi tempat dimana nilai-nilai tentang kehidupan diajarkan, dengan kasih sayang, perasaan aman dikembangkan, perasaan dimiliki dan memiliki ditunjukkan, dan landasan yang kuat untuk masa depan dibangun.